22 Januari 2009

Nenek Moyang Kita

Nenek moyangku seorang pelaut, gemar mengarung luas samudra, menerjang ombak tiada takut, menempuh badai sudah biasa ...

KEMARIN saya mengantarkan migran-migran berbelanja pakaian untuk menyambut Imlek disebuah toko pakaian di komplek pertokoan dan pasar Aviari. Di toko pakaian tersebut saya berbincang dengan pemilik toko, seorang laki-laki keturunan Cina.

Pemilik toko bertanya banyak tentang migran, mulai asal mereka, kenapa mereka 'bermigrasi', dimana mereka tinggal, siapa yang mendanai, dan seterusnya, begitu banyak pertanyaannya. Setelah pertanyaan yang bertubi-tubi tersebut, ia menatap lekat seorang migran. Tatapan penuh iba, seperti tatapan Ili saat bertemu Thevan seorang migran Sri Lanka. Beberapa saat menatap migran, ia menoleh kearah saya dan berkata, "Mereka sama seperti nenek moyang kita, dari Cina susah payah naik kapal ke sini untuk hidup lebih baik".

Ayu, "mmm..." kemudian menatap kosong dan hanyut dalam arus pikiran liar, membayangkan nenek moyang kita adalalah peluat tangguh dari Cina.

* ingin meralat kata kita namun tidak tega*

Saat kegiatan berbelanja usai, apek memberi 1Kg anggur serta 1Kg jeruk kuning kecil yang selalu muncul menjelang Imlek dan mengakhiri pertemuan kami dengan Kamsia.

Kamsia Pek...

Nenek moyang kita membuat kulkas saya tidak lengang seperti hari-hari biasanya:)

20 Januari 2009

Di Jakarta

Ditulis untuk Tasyem.
Cin, beginilah arisanku bersama Ili dan Sg di Jakarta.

Jakarta oh Jakarta...
Jika bukan untuk mengantarkan Thevan menggapai mimpi, rasanya enggan untuk ke kota ini. Syukurlah di Jakarta tidak hanya ada macet, banjir, dan mall, di Jakarta masih ada sahabat, ada Ili dan Sg.

Di Sarinah
Setelah beberapa jam terjebak di sebuah ruangan asing, saya melangkah keluar menyeberang ke sebuah gedung di depan Executive Building. Disana saya menantikan sahabat-sahabat tercinta dengan segelas es krim rasa stroberi. Menunggu beberapa lama akhirnya mereka muncul dengan wajah khas Jakarta, wajah kelelahan. (mbantin) "Sobat, too much work will kill you..."

Di Jalan Sabang
Makan. Makan godong-godongan, cumi, belut goreng, dan ditutup dengan jambu air.

Di Pusat Kebudayaan Prancis
Menikmati yogurt, mendengarkan Sg bercerita tentang kisah cintanya, sesekali menatap Ili yang bersemangat diantara lelahnya, mengamati Mbak Widya yang terlihat lebih kurus.

Di Kost Ili
Hantu-hantu di kamar Ili membuat saya mengantuk dan kedinginan, alhasil saya tidur sangat lelap. Syukurlah tidak ditakuti oleh hantu-hantu itu, mereka hanya melayang...

Di Plaza Semanggi
Mendengarkan Sg yang sedang dimabuk asmara bercerita tentang kekasihnya. Kekasih yang memiliki kerjap mata yang tulus. Auw...cinta:)
Beberapa jam bersama Sg, Ili kemudian menyusul ke Plangi. Lagi-lagi ia datang dengan wajah kelelahan dan terlihat lebih tua, mungkin terlalu banyak meeting tentang perdagangan di berbagai embassy membuatnya sangat lelah.
Pesan untukmu Cin, bersyukurlah dirimu tidak bekerja di lembaga donor karena wajahmu sudah terlihat lebih tua dari usia sebenarnya:)





Di Monas
Belajar meracik sianida.

Sudah, hanya sebentar tapi mengobati rindu Cin. Semoga lain waktu ada dirimu..



Sapedah | powered by Blogger | created from Minima retouched by ics - id