Nenek moyangku seorang pelaut, gemar mengarung luas samudra, menerjang ombak tiada takut, menempuh badai sudah biasa ...
KEMARIN saya mengantarkan migran-migran berbelanja pakaian untuk menyambut Imlek disebuah toko pakaian di komplek pertokoan dan pasar Aviari. Di toko pakaian tersebut saya berbincang dengan pemilik toko, seorang laki-laki keturunan Cina.
Pemilik toko bertanya banyak tentang migran, mulai asal mereka, kenapa mereka 'bermigrasi', dimana mereka tinggal, siapa yang mendanai, dan seterusnya, begitu banyak pertanyaannya. Setelah pertanyaan yang bertubi-tubi tersebut, ia menatap lekat seorang migran. Tatapan penuh iba, seperti tatapan Ili saat bertemu Thevan seorang migran Sri Lanka. Beberapa saat menatap migran, ia menoleh kearah saya dan berkata, "Mereka sama seperti nenek moyang kita, dari Cina susah payah naik kapal ke sini untuk hidup lebih baik".
Ayu, "mmm..." kemudian menatap kosong dan hanyut dalam arus pikiran liar, membayangkan nenek moyang kita adalalah peluat tangguh dari Cina.
* ingin meralat kata kita namun tidak tega*
Saat kegiatan berbelanja usai, apek memberi 1Kg anggur serta 1Kg jeruk kuning kecil yang selalu muncul menjelang Imlek dan mengakhiri pertemuan kami dengan Kamsia.
Kamsia Pek...
Nenek moyang kita membuat kulkas saya tidak lengang seperti hari-hari biasanya:)