
Ia (1) : (prasangka, pembenaran, pilihan, lara)
Ia (2) : (lara, tak berdaya, prasangka, tak percaya)
Saya : .........., sepakat?
Mereka : sepakat.
..........,
tiada yang tersembunyi, tak perlu mengingkari, rasa sakitmu, rasa sakitku
tiada lagi alasan, inilah kejujuran, pedih adanya, namun ini jawabnya
lepaskanku segenap jiwamu, tanpa harus ku berdusta, karena kaulah satu yang kusayang, dan tak layak kau didera
sadari diriku pun kan sendiri, di dini hari yang sepi, tetapi apalah arti bersama, berdua, namun semu semata
tiada yang terobati, di dalam peluk ini, tapi rasakan semua, sebelum kau kulepas selamanya
tak juga ku paksakan, setitik pengertian, bahwa ini adanya, cinta yang tak lagi sama
...........
4 komentar:
Oh...seperti itukah adanya? hmmm, memang menjadi pihak ketiga akan menimbulkan kerumitan (sapa yang jadi pihak ke-3?). Makanya,cin..tak usahlah mencoba2 dan menyerempet2.Ohhh,teruk sangat...sabarlah wahai istrinya... ^_^
ya memang ga usah nyerempet2 jadi konselor:)
opo to iki?
*purapuranggakdhong*
mantab!...
makin kaya aja ibu yg satu ini..
punya profesi baru sebagai konselor..hehehe...
tarif per konselingnya berapa Bu?
huahahaha...