01 April 2008

Ketika Sepotong Kelingking Menjadi Upaya Sekaligus Bukti


Ngeri dan sedih..., itu yang kurasakan ketika dia meletakkan potongan jarinya ke meja kami (aku dan -nya).
Ya sebuah potongan jari, jari kelingking yang mungil dengan kuku bersih dan tentunya dengan sedikit darah segar.

Diluar dugaan, pertemuan kami, dia dan mereka berakhir memilukan.
Pembicaraan kami dan dia dibantu oleh sorang translater dari mereka baru saja berakhir. Dengan baju yang basah oleh peluh, raut muka yang memendam kekecewaan dia berlalu dari hadapan kami menuju dapur. Kupikir dia bertujuan mencari segelas air untuk menenangkan diri, tetapi sebuah hentakan dari arah dapur mengejutkan kami dan mereka.

Dia datang dengan sepotong kelingking dan meletakkan diatas meja dihadapan kami.
"Aku mau ....(sebuah organisasi, maaf tidak kusebutkan) tahu klo aku tak pernah bohong"
-nya dan mereka terdiam, aku mendekati dia dan membujuknya ke rumah sakit.

Selama hampir 15 menit, derai air mata, ungkapan kemarahan, raut kekecewaan dan beratus bujukan memenuhi setiap rongga kamar. "Ayo ke ban weing" dan dia, aku dan seorang dari mereka beranjak..

Tak cukup kata, untuk buktikan...
Dan sepotong kelingking menjadi sebuah upaya menunjukkan kebenaran dari perkataan sekaligus bukti kekecewaan.

0 komentar:

Posting Komentar | Feed



Sapedah | powered by Blogger | created from Minima retouched by ics - id