27 Februari 2008

Perjalanan ke Pulau Sugie


Bagi yang suka jalan-jalan, Kepulauan Riau wajib dikunjungi. Kepri dengan ribuan pulaunya menyimpan pesona yang luar biasa, disini kita bisa berwisata bahari, wisata kuliner -yang terkenal dengan seafoodnya dan jangan lupa mencoba Gonggong, siput laut khas perairan Kepri-, wisata budaya dan sejarah. Diantara ribuan pulau kecil di Kepri, ada satu pulau exotic yang mungkin tidak banyak orang tahu dan pernah berkunjung.

Pulau ini kusebut saja pulau Sugie (Sugie, nama sebuah kampung di pulau ini tempat temanku tinggal), untuk nama pulau yang sebenarnya aku kurang paham. Perjalanan ke pulau ini kulakukan Sabtu 12 Januari 2008, sak jane tujuan utamanya adalah mengahadiri pesta pernikahan temenku di Kampung Buah Rawa yang letaknya berpunggungan dengan Kampung Sugie. Untuk mencapai Buah Rawa dari Sugie bisa ditempuh melalui darat yang berarti harus menerjang bukit dan hutan atau pilihan yang jauh lebih mudah adalah melalui laut dengan menggunakan kapal.

Jam 11.00 WIB aku berangkat dari kosku tercinta di Tiban Batam menuju pelabuhan Sekupang. Di Sekupang kami (aku, Atik, dan Maridan) disambut dengan teriakan penjual tiket yang mengeluarkan kepalanya dari loket dan berteriak sekeras mungkin (kindly find pic. "penjual tiket") dan membuat suasana pelabuhan mjd sangat gaduh. Akhirnya dengan Rp 65.000 ditambah biaya pas masuk pelabuhan Rp.3000, kami pergi dari kegaduhan tadi dan melangkah ke kapal.


Penjual tiket, Perjalanan dimulai

Batam-Sugie ditempuh dalam waktu 1 jam. Selama perjalanan mata kami disuguhi pemandangan laut dan deretan pulau kecil yang sangat cantik. Kapal sempat berhenti di beberapa pulau kecil untuk turun dan menaikkan penumpang. Akhirnya...kami tiba di Sugie pukul 13.15 WIB.Pintu gerbang kampung Sugie berupa dermaga kayu yang panjang dan sangat cantik, wah..bener2 indah dan tenang. Oya, ternyata di dermaga kayu ini disediakan juga toilet umum, klo kubilang toliet cemplung, hehe "semua" yang kita buang bisa langsung terjun ke laut dan mungkin akan menjadi santapan ikan2 kecil disekitarnya:)



Toilet "cemplung"


Kami beristirahat di rumah Maridan, disana kami disuguhi kerupuk ikan khas Pulau Moro (letaknya didepan Sugie), mangga, dan minuman dingin, segerrr.... Karena kenyang, kami tertidur, untunglah sebelum matahari beranjak kami dibangunkan oleh Rio (ponakan Maridan). Rio menawarkan diri menemai aku dan Atik jalan2 ke Pantai. Wuih...ternyata ada tambahan 2 orang tour guide cilik (Ryan dan Nafi), komplitlah.... (2 tante "girang" dan 3 anak-anak).Sepanjang perjalanan ke pantai, 3 tour guide tadi menerangkan daerahnya dengan gaya anak-anak yang polos:) Eitt...ditengah jalan Nafi tiba-tiba menangis, "takut lembu(sapi), mo pulang.." begitu katanya. Wah gawat nih acara ke pantai bisa batal hanya karena sapi, soale jalan terdekat ke pantai ya harus melewati kumpulan sapi yang lg makan rumput. Weh2..akhirnya Ryan memutuskan menggendong pulang Nafi dan kami melanjutkan perjalanan ke pantai

Merajuk

Pantai indah dengan pasir putih. Oya aku sempat bermain layangan dengan anak2 disebuah dermaga kayu yang lapuk smp Atik menolak untuk melewatinya.




Bermain air, Senja dan layangan, siluet Atik


Satu malam terlewati, di pagi hari kami bersiap menuju Buah Rawa. Pompong (kapal dengan mesin dalam 8PK yang menimbulkan bunyi "pongpongpong") melaju dengan lambat membelah laut yang tenang menuju Buah Rawa. Buah Rawa ditempuh dalam waktu 1 jam 15 menit, cukup melelahkan karena matahari bersinar terik.

Setelah bersalam-salaman dan makan tentunya, kami berpamitan pulang (ada cerita menarik pada pesta pernikahan ala kampung buah rawa, tapi akan kuceritakan lain kali). Kembali matahari membakar kulit, gosong euy....


Diatas pompong, Kampung Buah Rawa

Sampai di Sugie kami beristirahat 1 jam, mengumpulkan tenaga untuk ke air terjun (7kolam) yang lokasinya di bukit tengah2 pulau. Yap...jam 13.00 WIB perjalanan ke air terjun dimulai. Dengan motor kami melewati medan yang sangat cocok untuk dipakai offroad bersepeda, kemudian melewati kebun karet (agak merinding juga melihat sayatan di pohon karet, duh...ga kebayang kita disayat seperti itu, ngeri....), dan perjalanan dengan motor terhenti disebuah tempat datar (baik untuk camp) sekitar 5 menit dengan berjalan kaki dari kolam 1 air terjun. Setelah berjalan kaki kami sampai di kolam pertama, yang pertama terlintas di kepalaku "kenapa airnya hitam?", entahlah mgkn karena plankton ato??? aku tidak punya jawaban.Menarik, walau tidak seperti air terjun yang kubayangkan:) Menurut penduduk sekitar, air terjun ini ada 7 kolam. Tapi kami hanya sampai kolam ke-2, wis kesorean selak magrib.



Diatas kolam 2, kolam 1, air hitam

Puas bermain di kolam 1 dan 2, kami pulang. Lacur, motor yang kupakai mengalami kerusakan "gas nyantol", sangat berbahaya. Begitu juga dengan motor yang dipaki Atik, mesin panas sehingga tidak nyala. Fyuh..jadilah kami berjalan kaki hampir beberapa jam dan menitipkan motor yang rusak tadi di rumah seorang petani karet. Bener2 cape...

Untunglah di tengah jalan ada pohon kelapa, dengan sigap Awang-tour guide- memetik 4 buah kepala muda, dan kebetulan sekali Maridan membawa parang. Jadilah kami berempat yang kecapekan menikmati air kepala muda.

Nikmat....

Pesan moral: saat bepergian ke hutan bawalah parang dan ajaklah teman yang pandai memanjat pohon:)

Lelah dan haus (bgt..)

Kelapa muda membuat kami bersemangat dan kembali melanjutkan perjalanan. Kami sampai di kampung Sugie hampir menjelang magrib.

Dua malam terlewati sudah di kampung Sugie, saatnya kembali ke Batam.

0 komentar:

Posting Komentar | Feed



Sapedah | powered by Blogger | created from Minima retouched by ics - id