28 Mei 2008

Mlaku-Mlaku

TANJUNG BALAI KARIMUN

Hari Pertama,
Kerja yang menyenangkan, karena sekaligus bisa dolan. Tujuan perjalanan ke Tanjung Balai Karimun minggu lalu sie keren “koordinasi dengan pemerintah, persiapan workshop dan survey DSA”, hehe tapi kenyataannya lebih mirip backpacking:)

Pukul 07.30 WIB, seorang diri dengan ransel yang penuh perlengkapan bersepeda dan beberapa dokumen kantor, aku berangkat dari pelabuhan Sekupang menuju Tanjung Balai Karimun. Perjalanan Batam-Balai Karimun ditempuh dalam waktu 1 jam 30 menit menggunakan Dumai Express dengan tiket Rp.60.000,00 dan retribusi Rp. 5.500,00.

Setiba di Balai, dengan angkot aku berkeliling kota (yang sangat kecil) mencari hotel yang layak untuk sebuah workshop. Ternyata tidak mudah, hanya sedikit sekali hotel di Balai yang memiliki fasilitas ruang meeting. Jikapun ada, tidak cukup layak untuk kegiatan yang akan kami selenggarakan.
Lelah, panas, lapar, kuputuskan makan siang disebuah kedai, menu yang kupilih; Nasi Ayam Hainan. Penampilannya sie manarik, tapi rasanya? Ga enak, terutama nasinya lebih mirip nasi penguk. Entah bagaimana cara mengolahnya, Nasi Hainan ini berwarna kusam, aroma dan rasanya seperti nasi yang dimasak dari beras yang sudah penguk. Tobat deh...
Selepas makan, kulanjutkan perjalanan ke komplek Kantor Pemerintahan Kabupaten Karimun. Satu-satunya sarana transportasi yang bisa menggapai tempat ini adalah ojek, ya secara ga ujan, jalan ga becek, jadi banyak ojek:) Kepala kantor Humas/Infokom dan Kesra sedang ga ada ditempat, ya udah perjalanan dilanjutkan ke Dinas Sosial yang jauh dan lagi-lagi dengan ojek. Sepanjang perjalanan sempat terpikir, klo yang ditugaskan bukan orang gila backpacking seperti aku, kayanya bakal ketakutan, lah wong jalanan sepi, jauh dan serasa in middle of nowhere, belum lagi terik matahari yang membakar kulit.

Nasi Ayam Hainan dan Kantor Bupati Karimun

Urusan dengan Dinsos dan hotel beres, saatnya mencari penginapan. Atas referensi Arman (biker Karimun), aku menginap di Hotel Megah yang permalamnya Rp. 50.000,00 dengan fasilitas kamar; AC, TV, air panas. Murah... ya kudu cari yang murah (dan aman), karena DSA ke Balai Karimun cuma sekitar USD 45.
Sore hari, aku mlaku-mlaku neng Pasar Malam, sebuah pedistarian yang penjual dan pembelinya berjubel. Aku menikmati es gunung (yang meleleh dengan cepat karena global warming) dan mietiaw goreng disebuah gang, soal rasa standarlah.. tapi suasanya itu yang sungguh sayang dilewatkan.
Dari Pasar Malam, aku beralih ke pujasera dipinggir laut, kali ini bersama Arman dan Kak Dela. Wah..Arman bener-bener pecinta sepeda sejati, dari awal sampai akhir perbincangan topiknya ga lepas dari sepeda. Walau ga jadi bersepeda karena Arman sedang sibuk dengan pekerjaannya, obrolan sepeda cukup mengobati:)

Es gunung, , Kak Dela dan Arman, Gang Pasar Malam

Hari Kedua,
Kalau udah di Balai, jangan lupa mencoba sarapan di pasar, menunya ya masih seputar mie. Mie lendir, kedengarannya sie rada menjijikan tapi tenyata uenak dan pastinya murah, Rp. 5000,00/porsi. Setelah makan, perjalanan selanjutnya ke kantor-kantor pemerintahan lagi, cape deh!
Usai merampungkan pekerjaan, saatnya kembali ke Batam. Bulan depan kudu nyepeda di Balai:) Oya jangan lupa nyoba becak Karimun.

Becak Karimun

BELAKANG PADANG

Untuk urusan dolan, kayanya ga ada capenya. Setelah Balai, di Sabtu pagi yang cerah kuputuskan dolan ke Belakang Padang. Pulau kecil yang bisa ditempuh ± 20 menit dengan pompong dari Pelabuhan Sekupang.

Hehe..klo dolan ga lengkap klo mencicipi makanan. Mampir di pasar yang emang letaknya disebelah pelabuhan, aku duduk disebuah kedai dan menikmati semangkuk sop tulang iga. Tidak istimewa, tapi cukup mengobati lapar.
Dari pasar aku beranjak ke deretan becak, karena rencana berikutnya adalah mubeng-mubeng Belakang Padang dengan becak. Setelah nego harga, disepakati dengan Rp. 25.000,00, pak becak akan mengantarkanku berkeliling dan melihat pantai.

Ngelmu
Selama perjalanan, Pak Susanto si tukang becak, membagi “ilmu”nya padaku. JARAN GUYANG, jampi-jampi pemikat pasangan. Kgkgkg... mungkin dia prihatin melihatku yang jalan sendirian.
Gini jampi2nya:
Bismilah 3x, manuk kepudang kuning saiki kongkon mlebuo, menyang raga badake (lalu sebutkan nama orang yang diidamkan) lungo asih teko asih, ojo siro lali keno lali yen ingsun wis ketataban bumi”
Dilanjutkan dengan menggebuk bantal 3x kemudian bantal tadi dibalik, dan yang terpenting adalah puasa.
Hmm...ngelmu oh ngelmu, membutuhkan pengorbanan bantal dan menahan lapar:)

Sesuai janji, Pak “dukun” Susanto mengantarkanku ke pantai. Disini aku menikmati kelapa muda dan si dukun menikmati sekaleng Sprite.
Ga berlama-lama bersama si dukun, kuputuskan kembali ke Batam.
Disepanjang pelabuhan kutemui beberapa sepeda yang diikat ke pagar besi pelabuhan.

Aku dan "dukun", Sepeda Terikat

Sesuai namanya “Belakang Padang Pulau Penawar Rindu”, rinduku akan alam dan hasrat dolan terobati:)

1 Comentário:

Anonim mengatakan...

gayamu di setiap foto sama saja.

Posting Komentar | Feed



Sapedah | powered by Blogger | created from Minima retouched by ics - id